Tag Archives: atau mainan)

Asap Kendaraan Penyebab Cuaca Ekstrem

Plasma Generator Pengurang Emisi Karbon dari Kendaraan Bermotor

Polusi yang berasal dari pembakaran energi kendaraan bermotor merupakan salah satu penyebab pemanasan global. Akibat pemanasan global itu, cuaca menjadi ekstrem dan temperatur di Bumi bertambah panas dan berisiko menyebabkan pencairan es di wilayah kutub. Tidak hanya itu, permukaan air laut pun naik sehingga bisa menenggelamkan daratan yang notabene menjadi tempat tinggal makhluk hidup.

Mengingat betapa bahayanya dampak dari pemanasan global itu, para ahli lingkungan terus berupaya mengurangi faktor penyebabnya, yakni emisi karbon yang dihasilkan kendaraan berbahan bakar fosil. Selain menjadi penyebab pemanasan global, emisi karbon juga sangat membahayakan kesehatan tubuh dan mempercepat kerusakan lapisan ozon.

Dalam upaya pengurangan emisi karbon itu, para ilmuwan merancang beragam teknologi, mulai dari teknologi sederhana hingga canggih. Di antara sejumlah teknologi sederhana yang telah dikembangkan, salah satunya ialah plasma generator (plasmurator). Menariknya, teknologi itu merupakan hasil rancangan para pelajar sekolah menengah atas (SMA).

Meski usianya masih belia, Andreas Diga, Ikhsan Brilianto, dan Ahmed Reza, ketiganya adalah pelajar SMA Negeri 1 Yogyakarta, mampu mendesain prototipe peranti yang dapat mengurangi emisi karbon yang berasal dari pembakaran energi kendaraan bermotor.

Andreas menjelaskan plasmurator merupakan peranti yang menggunakan teknologi plasma (zat yang bagian dari partikelnya terionisasi) dengan menggunakan kekuatan medan listrik yang dihasilkan dari dynamo generator atau pengubah gerak menjadi listrik dan listrik menjadi gerak.

Plasmurator itu mengikat partikel dalam emisi kendaraan bermotor. Menurut Andreas, emisi dalam asap kendaraan terbagi menjadi dua, yakni partikel koloid dan partikel larutan. Partikel koloid bisa dilihat secara kasat mata, contohnya adalah asap hitam kendaraan bermotor. Zat yang terkandung di dalamnya, antara lain karbon, hidrokarbon, atau timah.

Adapun partikel larutan biasanya berupa gas yang terdapat larutan. Partikel dalam emisi kendaraan bermotor tidak bermuatan listrik. Adanya pengaruh medan listrik di dalam tabung elektroda membuat partikel koloid tersebut mengikat elektron di kulitnya. “Proses itulah yang disebut ionisasi dan bisa disebut teknologi plasma,” jelas Andreas.

Jadi, partikel koloid akan langsung terikat di elektroda. Selanjutnya, tambah dia, partikel larutan dalam asap kendaraan bermotor tersebut terbagi atas dua hal, yaitu polar dan nonpolar. Larutan polar dapat langsung terikat karena memiliki susunan yang tidak rata alias asimetris, sedangkan yang laurta nonpolar memunyai kutub karena pengaruh medan listrik sehingga akan terikat elektroda.

Berdasarkan uraian tersebut, Andreas terpikir untuk membuat alat yang bisa mengurangi emisi karbon dari kendaraan bermotor. Lantas dia dibantu Ikhsan merancang konsep pembuatan alat tersebut. Belakangan kedua sahabat karib itu mengajak Reza untuk bergabung dalam proyek penelitian tersebut. Pada awalnya, ketiga peneliti remaja itu hendak membuat sumber listrik dari angin kenalpot sepeda motor, tetapi setelah ditelaah lebih lanjut, membuat peranti listrik itu terbilang rumit.

“Setelah dipikir- pikir lagi, saya mengutarakan kepada Ikhsan untuk membuat alat pengurang emisi saja. Sejak saat itulah kami langsung fokus membuat alat untuk mengurangi emisi,” timpal Andreas.

Bahan Bekas

Untuk membuat plasmurator, Andreas dan kawan-kawannya mengumpulkan logam yang tahan panas, yakni blek besi atau aluminium yang akan dipasang di bagian luar. Sedangkan bagian dalam alat terdiri dari dynamo generator, kipas, kabel listrik, dan elektroda. Bahan lainnya berupa kaleng minuman bersoda atau sejenisnya sebanyak tiga buah. Kaleng minuman itu didesain menjadi beberapa bagian untuk menunjang kinerja plasmurator.

Selain itu, Andreas dan tim kecilnya juga menggunakan kabel atau tembaga sepanjang satu meter, sekrup berukuran tiga milimeter sebanyak delapan buah, generator DC bekas (radio, pemutar DVD, atau mainan), dan aluminium. Andreas menuturkan tahap pengerjaan plasmurator dimulai dengan membuat tabung dari kaleng minuman bekas tersebut.

”Kaleng bekas itu dipotong menjadi dua, bagian bawahnya digunakan untuk kipas dan bagian atasnya digunakan untuk menyambung dengan tabung elektroda,” papar pelajar kelahiran Sleman, 1 Juni 1995 itu. Setelah itu, dia memasang dudukan dinamo generator di bagian dalam kaleng dan memasang dinamo dengan kipas dan kabel.

Pada tahap berikutnya, Andreas membuat buat tabung elektroda berukuran kecil dari sisa gulungan kaleng bekas . Kabel elektroda pun kemudian dipasang di dalam tabung dan kabel listrik dipasang pada dinamo dan kabel elektroda. Cara memasangnya, terang Andreas, hanya memakai dudukan yang disesuaikan dengan bentuk dan ukuran kenalpot, seperti yang sering diamatinya dalam memasang pipa air PVC pada tembok rumah.

Menurut dia, desain plasmurator itu dibuat secara manual. Oleh karena itu, Andreas menegaskan bahwa rancangan plasmurator buatan dia dan dua temannya itu masih sebatas prototipe guna menguji konsep yang dijelaskan di atas. Meski masih berupa prototipe, hasilnya ternyata cukup optimal. Hal itu bisa terlihat dari hasil uji coba plasmurator pada sepeda motor bebek yang dilakukan di Badan Lingkungan Hidup DI Yogyakarta.

Plasmurator buatan siswa-siswa SMA itu dapat mengurangi kadar karbondioksida (CO2) sebesar 25,76 persen, nitrogenoksida sebanyak 63,64 persen, dan karbonmonoksida (CO) sebanyak 24,35 persen. Ketiga pelajar itu juga menyakini plasmurator hasil inovasi mereka dapat pula diaplikasikan di kendaraan beroda empat.

“Inti dari plasmurator ini ya hanya mengaplikasikan konsep dinamo generator,” ungkap Andreas. Berdasarkan hal itulah, plasmurator kemungkinan dapat pula dipasang di mobil. Menurut Andreas, pemasangan plasmurator, baik di mobil maupun motor, harus disesuaikan dengan kondisi kendaraan.

Saat ini, kata Andreas, dia dan teman-temannya tengah mengembangkan desain baru agar alat mudah dipasang dan digunakan pengendara kendaraan bermotor.

Sumber : Koran Jakarta